APLIKASI TEORI HBM (HEALTH BELIEF MODEL) DALAM KASUS PENYADARAN AKAN PENTINGNYA MENJAGA KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA
Nama : Fadila
Nim :
811421052
Kelas :
C/2021 S1 Kesehatan Masyarakat
Mata kuliah :
Promosi Kesehatan
Dosen Pengampuh :
Ramly Abudy S.Psi, M.Kes
“APLIKASI
TEORI HBM (HEALTH BELIEF MODEL) DALAM
KASUS PENYADARAN AKAN PENTINGNYA MENJAGA KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA”
Teori health belief model adalah model yang
mengspesifikasikan bagaimana individu secara kognitif menunjukkan perilaku
sehat maupun usaha untuk menuju sehat atau penyembuhan suatu penyakit. Helth belief model ini didasari oleh keyakinan
atau kepercayaan individu tentang perilaku sehat maupun pengobatan tertentu
yang bisa membuat diri individu tersebut sehat ataupun sembuh.
Adapun komponen yang terdapat dalam teori health
belief models:
1.
Perceived
seriousness/severity
2.
Perceived
susceptibility
3.
Perceived
benefits
4.
Perceived
barriers
5.
Cues
to action
6.
Self-efficacy
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat
yang menyangkut system, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh
remaja.kesehatan seksual dan reproduki remaja mengacu pada kesejahteraan fisik
dan emosional remaja dan mencakup kemampuan mereka untuk tetap bebas dari
kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi yang tiak aman, IMS (termasuk
HIV/AIDS), dan semua bentuk kekerasan seksual dan paksaan.
Berikut aplikasi teori HBM dalam kasus penyadaran akan
pentingnya menjaga kesehatan reproduksi pada remaja.
1. Perceived
seriousness/severity
Menjaga kesehatan reproduksi adalah hal yang sangat
penting terutama bagi para remaja. Karena pada masa remaja adalah waktu terbaik
untuk membangun kebiasaan baik terutama dalam menjaga kebersihan/kesehatan yang
menjadi aset sangat penting dalam jangka panjang khususnya remaja putri.
Dengan memberikan pembelajaran mengenai pentingnya
menjaga kesehatan reproduksi remaja akan lebih siap nantinya untuk menghadapi
berbagai masalah-masalah kesehatan reproduksi. Dengan banyaknya informasi
kesehatan reproduksi maka remaja akan memiliki sikap dan tingkah laku yang
bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.
2. Perceived
susceptibility
Remaja sangat rentan jika dikaitkan dengan masalah
reproduksi, maka hal ini yang mendasari perlunya edukasi menjaga kesehatan
reproduksi. Pengetahuan kesehatan reproduksi seperti kerugian hubungan seksual
diluar nikah dan penyakit yang dapat ditularkan dari hubungan seksual yang
tidak sehat, akan melindungi remaja dari berbagai penyakit menular seperti
sifilis, herpes, HIV, dan lainnya.
3. Perceived
benefits
Ada banyak sekali manfaat yang diperoleh untuk remaja
jika dapat menjaga kesehatan reproduksinya, dengan mempelajari dan memahami
kesehatan reproduksi dengan baik dan benar dapat menghindari penyakit yang bias
ditimbulkan, seperti imfeksi menular seksual dan bias mencegah terjadinya
infertilitas.
4. Perceived
barriers
Dalam edukasi menjaga kesehatan reproduksi tentunya ada
hambatan yang dirasakan, terutama bagi remaja yang berada di daerah yang
ketersediaan pelayanan dan kebutuhan untuk mengakses informasi mengenai
kesehatan reproduksi. Ada juga remaja yang masih memiliki persepsi bahwa
menjaga kesehatan reproduksi tidak terlalu penting, dan kurang terbuka dengan
orangtunya.
5. Cues
to action
Proses edukasi mengenai pentingnya menjaga kesehatan
reproduksi biasanya dapat dilakukan dengan mengadakan penyuluhan, disediakan
dalam bentuk buku, dapat diakses dimedia-media internet, orangtua harus bisa
lebih dekat dengan anak sehingganya anak akan lebih terbuka dan orangtua akan
mudah untuk memberikan pemahaman kepada anak remajanya.
6. Self-efficacy
Dengan edukasi pentingnya menjaga kesehatan reproduksi
diharapkan remaja mau dan yakin bahwa mereka mampu untuk menjaga kesehatan
reproduksinya.
Komentar
Posting Komentar