EFEKTIFITAS EDUKASI HEALTH BELIEF MODELS DALAM PERUBAHAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI
Nama : Fitriyanti Daud
Nim : 811421027
Kelas : C
Tugas : Promosi Kesehatan
"EFEKTIFITAS EDUKASI HEALTH BELIEF MODELS DALAM PERUBAHAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI"
Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah meningkat secara kronis karena jantung memompa darah lebih kuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Hipertensi dikatakan sebagai penyakit silent killer dikarenakan hipertensi ini merupakan penyakit yang terkadang tidak menunjukkan gejala namun dapat menimbulkan komplikasi yang membahayakan bahkan secara tiba-tiba dapat mengakibatkan kematian.
Hipertensi dibagi dua yaitu hipertensi primer dan sekunder. Banyak faktor yang dapat menyebabkan hipertensi primer, diantaranya gen, gaya hidup, dan berat badan. Sementara hipertensi sekunder yaitu tekanan darah tinggi yang disebabkan karena gangguan pembuluh darah atau organ tubuh tertentu seperti ginjal, kelenjar adrenal, dan aorta penyebab hipertensi sekunder biasanya berasal dari penyakit ginjal dan kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu seperti pil KB, obat-obatan sejenis kortikosteroid.
Banyak intervensi yang telah dilakukan dalam mengatasi masalah hipertensi baik intervensi farmakologis maupun non farmakologis. Salah satu intervensi non farmakologis yang sudah banyak dikembangkan adalah edukasi, namun demikian upaya ini tidak dapat menurunkan prevalensi hipertensi, kemungkinan hal ini dikarenakan penderita hipertensi tidak semuanya mendapatkan pelayanan kesehatan. Bahkan yang pernah mendapat pelayanan kesehatanpun ada yang tidak rutin untuk memeriksakan ke tempat pelayanan kesehatan, artinya mereka tidak patuh terhadap apa yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan. Salahsatu faktor penyebab ketidakpatuhan adalah kurangnya pemahaman terhadap penyakit hipertensi itu sendiri atau kurangnya dukungan dari keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi sakit dan dukungan keluarga berhubungan dengan perilaku penatalaksanaan hipertensi,selain itu persepsi ancaman sakit juga berhubungan dengan kepatuhan, persepsi tentang manfaat dari mediasi penatalaksanaan, persepsi tentang ancaman dari penyakit juga berhubungan dengan kepatuhan dalam pengobatan. Health Belief Model (HBM) merupakan salah satu pendekatan promosi kesehatan yang digunakan dalam perubahan perilaku yang berorientasi terhadap persepsi pasien. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Edukasi Health Belief Model efektif dalam meningkatkan perilaku preventif.
Penatalaksanaan Hipertensi membutuhkan waktu yang lama agar pasien dapat hidup normal seperti layaknya orang sehat, sehingga diperlukan intervensi yang dapat memelihara perilaku pasien agar menjadi suatu kebiasaan yang baik, sehingga pasien dapat mengendalikan tekanan darahnya melalui kebiasaan sehari-harinya. Edukasi dengan pendekatan Health Belief Models sejak lama diidentifikasi sebagai salah satu model paling awal berpengaruh dalam promosi kesehatan. Model ini telah digunakan dengan sangat sukses hampir setengah abad untuk mempromosikan penggunaan kondom,sabuk pengaman, kepatuhan medis, penggunaan skrining kesehatan. Model ini merupakan suatu pendekatan untuk merubah persepsi seseorang yang meliputi perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefit, perceived barrier, dan cues to action,sehingga individu tersebut akan merubah perilaku kesehatannya.
Perceived susceptibility atau persepsi kerentanan mengacu pada penilaian subjektif resiko berkembangnya masalah kesehatan. HBM memprediksi bahwa individu yang merasa rentan terhadap resiko berkembangnya penyakit, maka akan berupaya untuk mengurangi resiko berkembangnya masalah kesehatan, sedangkan individu yang merasa dirinya tidak rentan terhadap resiko berkembangnya masalah kesehatan, maka individu tersebut akan menyangkal bahwa mereka memiliki resiko terhadap masalah kesehatan.Dengan demikian, pasien hipertensi yang memiliki persepsi kerentanan tinggi akan berupaya untuk mengendalikan tekanan darah seperti berhenti merokok, mengendalikan berat badannya dengan cara mengatur dietnya,meningkatkan aktifitas fisiknya, berhenti mengkonsumsi alcohol, dan upaya-upaya lain yang dapat mengendalikan hipertensi.
Perceived Severity atau persepsi keparahan mengacu pada penilaian subjektif dari individu terhadap keparahan masalah kesehatannya dan konsekuensi dari masalah kesehatannya. Keseriusan yang dirasakan meliputi keyakinan tentang penyakit itu sendiri apakah mengancam jiwanya atau dapat menimbukan kecacatan, serta dampak yang lebih luas dari penyakit pada fungsi dalam peran social. Pasien hipertensi yang memiliki persepsi bahwa dampak dari hipertensi itu dapat menimbulkan berbagai gangguan dalam sistem tubuh, bahkan dapat menimbulkan kecacatan dan kematian, maka akan muncul kekhawatiran sehingga individu tersebut akan melakukan upaya-upaya pencegahan hipertensi atau mengendalikan tekanan darahnya.
Perceived benefit atau persepsi manfaat. Perilaku kesehatan seseorang juga dipengaruhi oleh manfaat yang dirasakan dari mengambil suatu tindakan. Persepsi manfaat ini merujuk pada penilaian individu tentang nilai atau kemanjuran dari suatu tindakan dalam mengurangi resiko penyakit. Jika individu percaya bahwa tindakan mengurangi konsumsi garam, latihan fisik, mengendalikan berat badan, tidak merokok, dan berhenti mengkonsumsi alcohol akan mengurangi kerentanan terhadap hipertensi atau mengurangi keseriusannya, maka individu tersebut cenderung akan berperilaku untuk mengendalikan tekanan darahnya. Persepsi hambatan merupakan penilaian individu tentang seberapa besar rintangan untuk melakukan tindakan yang disarankan. Individu mungkin tidak melakukan suatu tindakan meskipun tahu tentang manfaat dari tindakan tersebut dikarenakan banyak hambatan, misalnya mahal, jauh, merepotkan, tidak enak dan menyakitkan.Perceived barrier ini sebaliknya dari persepsi yang lainnya. Edukasi HBM ditujukan untuk mengurangiperceived barrier dalam mengambil tindakan. Individu yang persepsi hambatannya tinggi dalam perilaku pencegahan hipertensi, maka individu tersebut cenderung untuk menolak untuk melakukanupaya pengendalian tekanan darahnya, seperti menolak mengurangi mengkonsumsi garam karena makanan menjadi tidak enak, menolak melakukan aktifitas fisik dengan alasan merepotkan dan mengganggu. Dalam HBM isyarat,pemicu, diperlukan untuk mendorong keterlibatan individu dalam upaya promosi kesehatan. Insyarat untuk bertindak dapat bersifat internal maupun eksternal.Contoh internal adalah sakit, ada gejala. Sedangkan contoh isyarat eksternal yaitu informasi dari media ceak, televise ataupun media social.Intensitas isyarat yang diperlukan agar seseorang mau mengambil tindakan cepat bervariasi setiap individunya. Hal ini berhubungan pula dengan persepsiindividu terhadap kerentanan, keseriusan, manfaat dan hambatan. Pasien hipertensi yang memilikipersepsi kerentanan, keseriusan dan manfaat yang tinggi dan hambatan yang rendah, maka akan menyegerakan untuk mengambil tindakan dalam upaya pengendalian tekanan darahnya, seperti mengatur diet garam, mengendalikan berat badannya dengan meningkatkan aktifitas fisik dan mengendalikan dietnya, mungkin juga individu berhenti mengkonsumsi alcohol dan merokoknya.
Komentar
Posting Komentar