Implementasi Teori Difusi Inovasi pada Gerakan Bank Sampah



NAMA: NABILA J. MARU

NIM: 811421221

KELAS: C

JURUSAN: KESEHATAN MASYRAKAT

TUGAS: PROMKES


Implementasi Teori Difusi Inovasi pada Gerakan Bank Sampah

      Bank sampah yang pertama kali didirikan diIndonesia adalah bank sampah Gemah Ripah, Bantul, Yogyakarta. Gagasan awal dating dari Bambang Suwerda dosen politeknik kesehatan Yogyakarta. Bermula dari rasa prihatin atas minimnya kesadaran warga tentang masalah sampah sehingga banyak warga yang terkena DBD ( Demam Berdarah Dengue ). Embrio Bank sampah diawali dari bengkel kesehatan lingkungan yang focus dalam mengatasi permasalah DBD. Menggabungkan mekanisme penghematan dengan pemilihan limbah, Bambang Suwerda menggunakan insetif ekonomi untuk memeperkenalkan pengelolaan limbah diseluruh Indonesia. Praktek pemisahan limbah yang terjadi diantara rumah tangga menciptakan pendapat yang berkelanjutan untuk bisnis daur ulang.

 

   Bambang bekerja dengan masyarakat untuk mendirikan "bank sampah" yang berfungsi sebagai fasilitas pemulihan berbasis masyarakat. Bank sampah mengumpulkan bahan dari klien dan menjualnya kembali ke pembeli yang sesuai. Selain itu, pendapatan ditambahkan ke "rekening tabungan bank sampah" klien, sehingga menciptakan insentif ekonomi bagi individu dan rumah tangga untuk mengumpulkan dan mendaur ulang sampah. Selain menjual kembali bahan, banyak bank sampah juga beroperasi sebagai unit bisnis daur ulang, di mana mereka mengkonversi barang daur ulang dan menjualnya sebagai produk yang dapat digunakan (misalnya konversi sampah kemasan plastik menjadi kerajinan tangan) (ashoka.org, 2010).

    Gerakan ini kemudian berkembang menjadi sebuah bank sampah yang resmi berdiri pada tahun 2008. Dalam perkembangan selanjutnya, ide ini kemudian diadopsi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan dikembangkan secara nasional. Sampai saat ini bank sampah telah menyebar ke seluruh Indonesia. Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recycle melalui Bank Sampah, yang dimaksud dengan bank sampah adalah tempat pemilahan dan pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang dan/ atau diguna ulang yang memiliki nilai ekonomi.

 

   Tujuan pembentukan bank sampah bukanlah bank sampah itu sendiri, melainkan sebagai strategi membangun kepedulian masyarakat agar dapat ‘berkawan’ dengan sampah untuk mendapat manfaat ekonomi langsung dari sampah. Bank sampah tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus diintegrasikan dengan gerakan 3R di masyarakat. Sehingga manfaat yang dirasakan tidak hanya terbangunnya aspek ekonomi dan sosial, namun juga lingkungan bersih dan hijau guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Kegiatan bank sampah memiliki 3 | P a g e keterkaitan dengan berbagai sektor dan lembaga. Diantaranya dengan Pemerintah (Pusat dan Daerah), Sekolah, PKK, ataupun dunia usaha. Idealnya bank sampah memiliki kelembagaan resmi dan dilengkapi dengan anggaran dasar/ anggaran rumah tangga serta surat keputusan susunan kepengurusan. Kelembagaan Bank sampah dapat berbentuk koperasi, yayasan atau bentuk kelembagaan lainnya.

 

Visi bank sampah adalah “Terwujudnya bank sampah yang mandiri untuk membangun ekonomi kerakyatan serta lingkungan yang bersih dan hijau sehingga tercipta masyarakat yang sehat”. Misi bank sampah adalah sebagai berikut: 1) Mengurangi jumlah timbulan sampah yang diangkut ke TPA (Tempat Pemrosesan Akhir); 2) Mendayagunakan sampah menjadi barang bermanfaat sehingga mempunyai nilai ekonomi dan potensi yang produktif dan bermanfaat bagi masyarakat; 3) Mengubah perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah secara benar dan ramah lingkungan; 4) Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat; 5) Menciptakan lapangan pekerjaan; 6) Membudayakan ekonomi kerakyatan. Tujuan bank sampah adalah mendidik dan membudayakan pengurangan sampah di tingkat  masyarakat sekaligus mengambil manfaat ekonomi dari pelaksanaannya (siangsa.com, 27 Juli 2017).

Pengertian Difusi Inovasi

Difusi Inovasi terdiri dari dua padanan kata yaitu difusi dan inovasi. Rogers (1983) mendefinisikan difusi sebagai proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di antara para anggota suatu sistem sosial (the process by which an innovation is communicated through certain channels overtime among the members of a social system). Disamping itu, difusi juga dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial.

Inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap/dirasa baru oleh individu atau kelompok masyarakat. Ungkapan dianggap/dirasa baru terhadap suatu ide, praktek atau benda oleh sebagian orang, belum tentu juga pada sebagian yang lain. Kesemuanya tergantung apa yang dirasakan oleh individu atau kelompok terhadap ide, praktek atau benda tersebut.

                Dari kedua padanan kata di atas, maka difusi inovasi adalah suatu proses penyebar serapan ide-ide atau hal-hal yang baru dalam upaya untuk merubah suatu  masyarakat yang terjadi secara terus menerus dari suatu tempat ke tempat yang lain, dari suatu kurun waktu ke kurun waktu yang berikut, dari suatu bidang tertentu ke bidang yang lainnya kepada sekelompok anggota dari sistem sosial.

Tujuan utama dari difusi inovasi adalah diadopsinya suatu inovasi (ilmu pengetahuan, tekhnologi, bidang pengembangan masyarakat) oleh anggota sistem sosial tertentu. Sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi sampai kepada masyarakat.

Elemen Difusi Inovasi

1.     Inovasi (gagasan, tindakan atau barang) yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya.

2.     Saluran komunikasi, adalah alat untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal.

3.     Jangka waktu, yakni proses keputusan inovasi dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya. Pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam (a) proses pengambilan keputusan inovasi, (b) keinovatifan seseorang (relatif lebih awal atau lebih lambat dalam menerima inovasi), dan (c) kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.

4.     Sistem sosial merupakan kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama.

 

Proses Keputusan Inovasi

1.     Tahap Awareness (Kesadaran), yaitu tahap seseorang tahu dan sadar ada terdapat suatu inovasi sehingga muncul adanya suatu kesadaran terhadap hal tersebut.

2.     Tahap Interest (Keinginan), yaitu tahap seseorang mempertimbangkan atau sedang membentuk sikap terhadap inovasi yang telah diketahuinya tersebut sehingga ia mulai tertarik pada hal tersebut.

3.     Tahap Evaluation (Evaluasi), yaitu tahap seseorang membuat putusan apakah ia menolak atau menerima inovasi yang ditawarkan sehingga saat itu ia mulai mengevaluasi.

4.     Tahap Trial (Mencoba), yaitu tahap seseorang melaksanakan keputusan yang telah dibuatnya sehingga ia mulai mencoba suatu perilaku yang baru.

5.     Tahap Adoption (Adopsi), yaitu tahap seseoran memastikan atau mengkonfirmasikan putusan yang diambilnya sehingga ia mulai mengadopsi perilaku baru tersebut.

Dari pengalaman di lapangan ternyata proses adopsi tidak berhenti segera setelah suatu inovasi diterima atau ditolak. Kondisi ini akan berubah lagi sebagai akibat dari pengaruh lingkungan penerima adopsi. Oleh sebab itu, Rogers (1983) merevisi kembali teorinya tentang keputusan tentang inovasi yaitu: Knowledge (pengetahuan), Persuasion (persuasi), Decision (keputusan), Implementation (pelaksanaan), dan Confirmation (konfirmasi).

1.     Tahap pengetahuan, pada tahap ini, seseorang belum memiliki informasi mengenai inovasi baru. Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui media elekt ronik, media cetak, maupun komunikasi interpersonal diantara masyarakat. Tahapan ini juga dipengaruhi oleh beberapa karakteristik dalam pengambilan keputusan, yaitu: (1) Karakteristik sosialekonomi, (2) Nilai-nilai pribadi dan (3) Pola komunikasi.

2.     Tahap persuasi, pada tahap ini individu tertarik pada inovasi dan aktif mencari informasi/detail mengenai inovasi. Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam tingkat pemikiran calon pengguna. Inovasi yang dimaksud berkaitan dengan karakteristik inovasi itu sendiri, seperti: (1) Kelebihan inovasi, (2) Tingkat keserasian, (3) Kompleksitas, ( 4) Dapat dicoba dan (5) Dapat dilihat.

3.      Tahap pengambilan keputusan, pada tahap ini individu mengambil konsep inovasi dan menimbang keuntungan/kerugian dari menggunakan inovasi dan memutuskan apakah akan mengadopsi atau menolak inovasi.

4.      Tahap implementasi, pada tahap ini mempekerjakan individu untuk inovasi yang berbeda-beda tergantung pada situasi. Selama tahap ini individu menentukan kegunaan dari inovasi dan dapat mencari informasi lebih lanjut tentang hal itu.

5.      Tahap konfirmasi, setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan mencari pembenaran atas keputusan mereka. Tidak menutup kemungkinan seseorang kemudian mengubah keputusan yang tadinya menolak jadi menerima inovasi setelah melakukan evaluasi.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penerapan Teori Taksonomi Bloom Terhadap Perilaku Masyarakat Dalam Pengendalian Lingkungan yang Sehat

APLIKASI TEORI HBM (HEALTH BELIEF MODEL) DALAM KASUS PENYADARAN AKAN PENTINGNYA MENJAGA KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA

DIFUSI INOVASI KESEHATAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM JAMBAN ARUM (ANTAR KE RUMAH)