PENGAPLIKASIAN TEORI PRECEDE PROCEED PADA PENYAKIT DIARE

 



PROMOSI KESEHATAN MASYARAKAT

PENGAPLIKASIAN TEORI PRECEDE PROCEED PADA PENYAKIT DIARE

ABD ZIAD MOHAMAD

(811421087)

KELAS C

KESEHATAN MASYARAKAT

 

 

Diare adalah sebuah kondisi ketika pengidapnya buang air besar (BAB) lebih sering dari biasanya. Seseorang bisa dikatakan mengalami diare bila ia BAB sebanyak tiga kali atau lebih dalam satu hari. Selain itu, feses yang dikeluarkan juga lebih encer.

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan yang umum di Indonesia, terutama pada bayi dan anak-anak. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI tahun 2019, jumlah kasus diare di seluruh Indonesia adalah sekitar 7,2 juta jiwa.

 

SOCIAL ASSEMENT

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan  seseorang dapat terkena diare, Umumnya, diare disebabkan oleh beberapa hal berikut: Bakteri dari makanan atau air yang terkontaminasi. Virus seperti flu, norovirus, atau rotavirus. Rotavirus adalah penyebab paling umum dari diare akut pada anak-anak.

1.    Bakteri dan parasit Mengutip dari laman Mayoclinic.org, bakteri patogen seperti E. coli dan parasit bisa menyebabkan bakteri. Hal ini terjadi karena makanan atau air yang terkontaminasi parasit dikonsumsi orang. Advertisement Diare bisa terjadi jika anda sedang bepergian dan mencoba makanan yang tidak higienis. Bakteri penyebab diare lainnya yaitu Clostridiosis difficile. Anda perlu obat diare atau antibiotik untuk penyembuhan.

2.    Virus

Jenis virus penyebab diare yaitu norwalk, denovirus enterik, astrovirus, cytomegalovirus dan virus hepatitis. Anak-anak yang terkena diare biasanya disebabkan Rota Virus. Virus corona 2019 alias Covid-19 juga bisa dihubungkan dengan diare, mual muntah, dan gejala gastrointestinal (kondisi kelainan pada sistem pencernaan).

3.    obat obatan

Antibiotik bisa menyebabkan diare karena dapat mengurangi infeksi yang membunuh semua jenis bakteri. Antibiotik bisa mengganggu keseimbangan alami di dalam usus. Obat penyebab diare lainnya yaitu obat anti kanker dan antasida yang mengandung magnesium.

4.    Intoleransi laktosa

Intoleransi laktosa terjadi pada beberapa orang yang alergi laktosa susu sapi. Laktosa adalah gula yang ditemukan dalam susu sapi dan produk susu lainnya. Orang yang kesulitan mencerna laktosa bisa mengalami diare. Intoleransi laktosa bisa terjadi ketika bertambahnya usia. Penyebabnya, arena kadar enzim yang membantu mencerna laktosa semakin menurun.

5.    Fruktosa berasal dari gula alami yang ditemukan pada buah-buahan dan madu. Ada juga fruktosa buatan untuk pemanis minuman tertentu. Beberapa orang terkena diare karena kesulitan untuk mencerna fruktosa.

6.    Pemanis buatan

pemanis buatan adalah gula yang tidak dapat diserap. Biasanya pemanis buatan ditemukan dalam permen karet dan produk bebas gula lainnya. Beberapa orang bisa terkena diare akibat mengonsumsi pemanis buatan berlebihan.

7.    Operasi pengangkatan sebagian usus atau kandung empedu juga dapat menyebabkan diare.

8.    Gangguan pencernaan lain Gangguan pencernaan lainnya seperti penyerapan makanan yang buruk dalam pencernaan, racun dalam makanan, diare kronis, IBS, penyakit crohn, kolitis ulserativa, penyakit celiac, kolitis mikroskopis dan pertumbuhan berlebih bakteri usus kecil (SIBO).

EPIDEMIOLOGI ASESMENT

Sampai saat ini angka diare masih tinggi sekitar 3,3 juta kematian akibat diare terjadi setiap tahunnya di seluruh dunia. Dan angka ini paling tinggi terjadi pada anak-anak di bawah 1 tahun dengan perkiraan 20 kematian per 1.000 anak. Pada anak usia 1-5 tahun, angka kematiannya menurun atau hanya sekitar 5 dari 1.000 anak.
Di negara berkembang, angka kejadian diare sangat bervariasi sesuai umur penderita. Tapi umumnya angka kejadiannya pada usia 2 tahun pertama dan akan menurun seiring dengan bertambahnya usia anak. Namun, puncak angka kejadian adalah pada anak usia antara 6-7 bulan. Di samping itu diare juga merupakan penyebab kematian yang penting di negara berkemban

 

ENVIROMENT ASESMENT

Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian diare yaitu tidak memadainya penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja, kekurangan sarana kebersihan, pembuangan tinja yang tidak hygienis, kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek, serta penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya (Sander, 2005) Faktor lingkungan yang paling dominan yaitu sarana air bersih, adanya vektor, penanganan sampah, dan pembuangan tinja. Faktor-faktor tersebut akan berinteraksi dengan perilaku manusia dan kualitas pelayanan kesehatan sehingga berpotensi menyebabkan diare (Sudaryat, 2007; Kumala, 2011).

 

EDUCATION/ MEDICAL ASESMENT

Diare bukan saja berdampak kepada diri pengidap, tapi juga bisa menyebar, terutama kepada anggota keluarga. Oleh sebab itu, diare harus dicegah sedini mungkin.  Berikut adalah cara mencegah diare akibat kontaminasi:

1.    Memisahkan makanan yang mentah dari yang matang.

2.    Mencuci tangan sebelum makan.

3.    Menjauhi makanan yang diragukan kebersihannya dan tidak minum air keran.

4.    Menyimpan makanan di lemari es dan hindari meninggalkan makanan di bawah paparan sinar matahari atau suhu ruangan.

5.    Utamakan memakan makanan dari bahan makanan yang segar.

6.    Jagalah kebersihan kuku kamu terutama jika memiliki kuku yang panjang.

 

ADMINISTRASI ASESMENT

Upaya yang dilakukan  dalam pencegahan dan pengendalian diare diantaranya adalah Terapi Mandiri Sebagian besar kasus diare dapat pulih dengan sendirinya dalam beberapa hari. Namun, ada beberapa terapi yang dapat dilakukan oleh penderita di rumah untuk meredakan gejala, yaitu Mengganti cairan yang hilang dan elektrolit adalah salah satu kunci penting dalam penanganan diare. Hal ini juga bertujuan untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Caranya adalah dengan mengonsumsi cairan sebanyak-banyaknya, bisa berupa air putih, jus, atau kaldu. Pada anak-anak, pemberian oralit (campuran air bersih, garam, dan gula) sangat disarankan. Sementara, pada bayi yang masih menyusui, asupan ASI harus selalu terjaga, terlebih pada 6 bulan pertama. Pemberian ASI pada bayi dapat membantu meningkatkan kekebalan tubuh bayi terhadap infeksi virus dan bakter. Mengonsumsi makanan yang tetap Penderita diare juga dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung banyak air, seperti sup. Penderita juga disarankan untuk mengonsumsi makanan yang lunak sehingga lebih mudah dicerna. Konsumsi suplemen makanan, seperti probiotik yang mengandung Lactobacillus acidophilus, juga diduga dapat mempercepat penyembuhan diare. Hal ini karena probiotik dapat meningkatkan jumlah bakteri baik di dalam usus. Meskipun begitu, efektivitas probiotik untuk mengatasi diare masih belum jelas. Konsumsi suplemen makanan, seperti probiotik yang mengandung Lactobacillus acidophilus, juga diduga dapat mempercepat penyembuhan diare. Hal ini karena probiotik dapat meningkatkan jumlah bakteri baik di dalam usus. Meskipun begitu, efektivitas probiotik untuk mengatasi diare masih belum jelas. Konsumsi suplemen makanan, seperti probiotik yang mengandung Lactobacillus acidophilus, juga diduga dapat mempercepat penyembuhan diare. Hal ini karena probiotik dapat meningkatkan jumlah bakteri baik di dalam usus. Meskipun begitu, efektivitas probiotik untuk mengatasi diare masih belum jelas. Obat anti diare dapat membantu mengurangi frekuensi buang air besar dan memadatkan tinja. Ada beberapa obat anti diare yang dijual bebas di apotek, yaitu: attapulgite,pektin,kaolin

 

IMPLEMENTASI

Untuk mengatasi peningkatan kasus diare yaitu penyehatan lingkungan dan penyuluhan yang dilakukan  di setiap umur baik balita sampai dengan lansia dengan menggunanakan alat seperti poster, leaflet, lembar balik penyuluhan dan memberikan pelatihan kepada kader posyandu sedangakan penyehatan lingkungan yang dilakukan oleh petugas kesling yaitu memeriksa kantin sehat disekolah, memeriksa air bersih di masyarakat, penyuluhan dengan pengelolaan sampah yang baik dan mengawasi kepemilikan jamban.

 

EVALUATION IMPECT

evaluasi dampak pada penyakit diare dilakukan dengan menilai dampak yang telah di hasilkan melalui strategi yang di lakukan 1. Meningkatkan tatalaksana penderita di rumah tangga yang tepat dan benar 2. Meningkatkan skd dan penanggulangan KLB diare 3. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang evektif. Evaluasi pada usaha dengan melakukan follow up pada masyarakat  penderita diare. Evaluasi di dasarkan pada penilaian sebelum dan sesudah,yang menggunakan desain evaluasi masuk akal dengan mengukur perubahan cekupan intervensi dan morbiditas terkait diare

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penerapan Teori Taksonomi Bloom Terhadap Perilaku Masyarakat Dalam Pengendalian Lingkungan yang Sehat

APLIKASI TEORI HBM (HEALTH BELIEF MODEL) DALAM KASUS PENYADARAN AKAN PENTINGNYA MENJAGA KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA

DIFUSI INOVASI KESEHATAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM JAMBAN ARUM (ANTAR KE RUMAH)