PENGGUNAAN KONDOM UNTUK PERLINDUNGAN HIV
Nama:
Srideanti T. Kuengo
Nim:
811421160
Kelas:
C
S1
KESEHATAN MASYARAKAT
PENGGUNAAN
KONDOM UNTUK PERLINDUNGAN HIV
HIV/AIDS
merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus Human
Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut
menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah
untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Sebelum memasuki fase AIDS,
penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif. Penyakit Menular
Seksual (PMS) atau biasa disebut penyakit kelamin adalah penyakit yang
ditularkan melalui hubungan seksual. PMS meliputi Syphilis, Gonorhoe, Bubo,
Jengger ayam, Herpes, dan lain-lain. Infeksi Menular Seksual (IMS) yang diobati
adalah kasus IMS yang ditemukan berdasarkan sindrom dan etiologi serta diobati
sesuai standar.
Indonesia
merupakan salah satu negara di wilayah Asia dengan pertumbuhan kasus HIV dan
AIDS relative lebih cepat dan termasuk dalam daerah endemis terkonsentrasi
(Concentrated Level Epidemic) yang paling berisiko, artinya negara yang
mempunyai tingkat prevalensi HIV lebih dari 5% pada subpopulasi tertentu
misalnya pada kelompok penjaja seks dan pada para penguna NAPZA. Sejak kasus
pertama yang ditemukan pada tahun 1987 pada seorang wisatawan belanda yang
berkunjung dan meninggal di Bali, sampai saat ini kasus baru HIV terus
meningkat. Sehingga diperlukan pelaksanaan program yang sesuai dengan jumlah
target populasinya agar situasi dan epidemic HIV AIDS yang diperkirakan terus meningkat
dapat dikendalikan.
Risiko
penularan IMS dan HIV AIDS besar terjadi pada waria pekerja seks, sehingga
untuk mencegah penularan IMS dan HIV AIDS dapat dilakukan melalui seks yang
sehat dengan pemakaian kondom dan pelicin secara tepat dan benar. Perubahan
perilaku dikalangan waria pekerja seks masih sangat sulit karena masih
rendahnya pemakaian kondom dikalangan waria. Pada penelitian sebelumnya,
pemakaian kondom pada waria selama 5 kali berhubungan seks yang terakhir
sebanyak 65,9%, tidak pernah pakai kondom atau memakai sekali 7,8%, memakai
kondom 2 kali 14,9%, memakai kondom 3 kali 2,4%, dan memakai kondom lebi dari 3
kali 9,9%.(Nadhofah,2014) Ketersediaan kondom pada waria pekerja seks
tergantung pada kondom yang disediakan oleh KPAP Sul-Sel maupun dari LSM
Yayasan Gaya Celebes yang menaungi mereka. Setiap minggunya, waria pekerja seks
memperoleh kondom yang langsung didistribusikan oleh LSM Gaya Celebes dan
apabila kondom habis, mereka dapat langsung meminta kepada coordinator waria
pekerja seksnya atau LSM Gaya Celebes yang menaungi mereka.
HIV
disebabkan karena seringnya berganti-ganti pasangan seks tanpa menggunakan
kondom dan pelicin namun seteleh mengetahui statusnya HIV, informan lebih
memperhatikan kesehatannya dengan konsisten menggunakan kondom dan pelicin
setiap berhubungan seks dengan pasangan tetap dan pelanggan agar tidak membahayakan
dan menularkan pada orang lain. Namun, sebagian besar pelanggan tidak bersedia
untuk menggunakan kondom saat berhubungan seks karena merasa tidak nyaman dan
tidak puas jika menggunakan kondom sehingga informan harus meyakinkan pelanggan
agar mau menggunakan kondom agar terhindar dari IMS dan HIV AIDS dan apabila
upaya tersebut tidak berhasil maka informan akan menolak melayani pelanggan
tersebut walau dengan bayaran yang lebih besar.
Berdasarkan
data statistik WHO tahun 2014 mengenai Global Summary of AIDS Epidemic
didapatkan data bahwa 36,9 juta orang hidup dengan HIV dan 2,1 juta orang
meninggal dengan AIDS (WHO, 2014). Berdasarkan UNAIDS Global Statistics (2014),
penderita HIV/AIDS terbanyak berada di wilayah Afrika sebanyak 24,7 juta
penderita. Sedangkan di Asia tercatat,8 juta penderita HIV/AIDS. Asia
diperkirakan memiliki laju infeksi HIV tertinggi di dunia.HIV/AIDS pertama kali
dilaporkan di Indonesia pada tahun 1987.
Sejak
tahun 1987 sampai dengan tahun 2014, HIV/AIDS tersebar di 386 (77,5%)dari 498
kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia. Jumlah kumulatif kasus HIV
yang ditemukan sampai dengan tahun 2014 sebesar 160.138 kasus,sedangkan jumlah
kumulatif penderita AIDS sebanyak 65.790 kasus. Kasus (Ditjen PP & PL
Kementerian Kesehatan RI, 2015). Badan Pusat Statistik mencatat pada tahun 2013
jumlah kumulatif AIDS berdasarkan Provinsi diIndonesia,
Provinsi
Sumatera Barat berada di posisi ke-3 tertinggi dengan jumlah penderita AIDS
kasus baru 150 kasus dan kasus komulatif 952 kasus, setelah Sumatera Utara
diperingkat pertama dan Provinsi Riau diperingkat kedua (BPS, 2013). Komisi
Penanggulangan AIDS dalam Strategi Nasional (Starnas) Penanggulangan HIV dan
AIDS menjelaskan bahwa kebanyakan penularan tetap terjadi kepada sub-populasi
berperilaku berisiko yaitu kepada isteri atau pasangannya. Tujuan umum dari
Strategi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS adalah dengan mencegah dan
mengurangi penularan HIV (Spiritia,2010). Hal ini berarti orang dengan HIV
(ODHA) sendiri sangat berperan dalam pemutusan rantai infeksi dari HIV
tersebut. Dalam modul pencegahan positif HIV/AIDS oleh Spiritia (2012) tergambar
bahwa perubahan perilaku merupakan bagian yang sangat penting dalam upaya
pencegahan peningkatan kejadian HIV.
Hubungan
seksual secara vaginal, anal, dan oral dengan penderita HIV tanpa kondom bisa menularkan
HIV. Penularan HIV telah terjadi selama transfusi darah, eksposur disengaja, transmisi
ibu-anak,berbagi jarum suntik narkoba, dan hubungan seksual tanpa
kondom.Meskipun tidak mungkin untuk menyembuhkan orang AIDS, sangat mungkin untuk
mencegah, atau setidaknya untuk mengurangi kemungkinan penularan HIV melalui
masing-masing rute. Menurut Permenkes nomor 21 tahun 2013, pencegahan transmisi
melalui hubungan seksual dapat dilakukan dengan Abstinance (tidak melakukan hubungan
seksual), Be Faithful (Setia pada pasangan), dan Condom use(menggunakan kondom
secara benar dan konsisten).
Penggunaan
kondom saat berhubungan seksual yang beresiko termasuk satu diantara beberapa
upaya pencegahan penularan terhadap HIV/AIDS.Hal di atas menunjukkan bahwa
penggunaan kondom secara konsisten saat berhubungan seksual dengan pasangan
sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya penularan dan penyebaran virus HIV
kepada orang lain. Meskipun penggunaan kondom tidak menawarkan perlindungan
total, namun secara signifikan mengurangi resiko infeksi. Penelitian Weller
(2001 dalam Liu et al, 2014) menyebutkan bahwa estimasi tingkat perlindungan
terhadap transmisi HIV dari penggunaan kondom secara konsisten dan benar berada
pada rentang 60% sampai 96%. Saat ini kondom tidak hanya digunakan oleh pria,
CDC (2016) juga menjelaskan mengenai kondom untuk wanita. Namun di Indonesia,
penggunaan kondom wanita ini masih tabu sehingga kondom masih cenderung
digunakan oleh laki-laki.
Waria
menjadi kelompok dengan risiko tinggi penularan HIV AIDS disebabkan banyaknya
daerah pangkalan(hospot) bagi waria untuk melakukan transaksi seksual dengan
pelanggan sehingga waria dikatakan berisiko terkena HIV AIDS. Secara biologis,
semua waria melakukan hubungan seksual melalui anal selama kehidupan seksnya
dibandingkan wanita pekerja seks yang hanya 10% menggunakan seks anal, sehingga
hamper 11% dari transeksual ditemukan positif HIV dari jumlah keseluruhan. Gaya
hidup seksual waria dapat dicerminkan dari seringnya berganti-ganti pasangan,
tidak menggunakan kondom atau pengaman serta melakukan anal dan oral seks.
Dalam memenuhi kebutuhan seksnya, waria membutuhkan pasangan seksual dan bisa
dijadikan pasangan hidup yang biasa mereka sebut sebagai “suami” atau pacar. Namun,
penyebutan “suami” atau pacar ini tidak semata-mata karena adanya ikatan yang
sah di antara mereka dan tidak ada perbedaan yang mendasar antara “suami”maupun
pacar hanya saja jika pacar artinya laki-laki yang hanya menjadi kekasih dan tidak
tinggal serumah dengan mereka sedangkan “suami” adalah laki-laki yang juga menjadi
kekasih dan tinggal serumah.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Kontrasepsi
Kondom
di Kota Metro. Keikutsertaan pria ber-KB masih rendah, hanya 1,3 % dari seluruh
akseptor KB. Penyebabnya antara lain;
promosi
pelayanan KB pada pria rendah, bentuk partisipasi pria ber-KB cukup memberi dukungan
pada istri, dan istri umumnya (70%) tidak mendukung suami ber-KB. Kondom di
Kota Metro. Jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan case control.
Populasi kasus adalah seluruh peserta kondom berjumlah 438 dan kontrolnya PUS
unmet need KB (PUS tidak ingin punya anak tetapi tidak ber-KB) berjumlah 7409.
Besar sampel kasus dan kontrol masing-masing 175 responden (sampel kasus dan
kontrol 1:1). Tekhnik pengambilan sampel mengunakan simple random sampling.
Banyak faktor penyebab rendahnya partisipasi pria dalam ber KB dapat dilihat
dari berbagai aspek, yaitu dari sisi klien pria itu sendiri (pengetahuan,
sikap, dan praktek serta kebutuhan yang ia inginkan), faktor lingkungan yaitu
sosial, budaya, masyarakat, keluarga dan istri), keterbatasan informasi dan
aksesabilitas terhadap pelayanan KB pria, keterbatasan jenis kontrasepsi pria,
sementara persepsi yang ada di masyarakat masih kurang menguntungkan.
Komentar
Posting Komentar